I.
Sistem Urinari
Sistem perkemihan atau urinari merupakan suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Adapun susunan sistem perkemihan (sistem urinari) di dalam tubuh manusia adalah: ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra.
A. Organ Penyusun sistem
Urinari
1. Ginjal
Ginjal disebut juga ren atau renal. Bentuknya
seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Letak ginjal
sebelah kiri lebih tinggi dari ginjal sebelah kanan, karena di atas ginjal
sebelah kanan terdapat hati yang berukuran besar. Ukurannya
kira-kira 11x6x3 cm. Beratnya antara 120-200 gram.
Bagian-bagian ginjal:
a.
Korteks (kulit
ginjal), pada bagian korteks
terdapat jutaan alat penyaring yang disebut nefron. Setiap nefron terdiridari badan malphigi dan saluran panjang yang bergelung. Badan malphigi tersusun atas glomerulus yang diselubungi kapsula
Bowman dan tubulus (saluran) yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.
b.
Medula (sumsum
ginjal), terdiri atas
beberapa badan berbentuk kerucut (piramida). Di sini terdapat lengkung henle
yang menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
c.
Rongga
ginjal (pelvis), merupakan tempat
bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urin sementara yang akan dialirkan
menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
2. Ureter
Ureter merupakan saluran yang
panjangnya sekitar 25- 30 cm, terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria.
Fungsi ureter menyalurkan urine ke vesica urinaria.
3.
Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Vesica urinaria merupakan kantong
berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis.
Fungsi vesica urinaria: 1) Sebagai
tempat penyimpanan urine, dan 2) mendorong urine keluar dari tubuh
4. Uretra
- Pria
: panjangnya 20 cm, terbentang dari collum vesica urinaria sampai
orificium urethra externum pada glans penis.
- Wanita:
panjangnya + 3,8 cm, terbentang dari collum vesica urinaria sampai
vestibulum, + 2,5 cm di bawah clitoris.
A. Fungsi
Ginjal:
1.
Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh
2.
Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan,
misalnya vitamin yang larut dalam air.
3.
Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu
yang dilakukan oleh
bagian
tubulus ginjal.
4.
Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh
manusia dengan cara mengeluarkan
kelebihan asam atau basa melalui urin.
5.
Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah di sumsum tulang
6.
Mempertahankan dan
mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7.
Menjaga tekanan
osmosis dengan cara mengatur konsentrasi garam dalam tubuh.
B.
Proses Pembentukan Urine
Ginjal
berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian proses,
yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan augmentasi.
1.
Penyaringan (filtrasi)
Proses
pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain
penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang
terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.
Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2.
Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan
yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus
kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan
zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi
yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat
amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan bersama urin.
Setelah
terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
3.
Augmentasi (Pengeluaran zat)
Augmentasi
adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal.Dari tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal,
selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih
telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul
rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi
urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi
lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Zat-zat yang terkandung dalam urin:
·
Air. Kurang lebih
95%.
·
Urea, asam urat, dan
amonia dan merupakan sisa pembongkaran protein.
·
Empedu yang
memberikan warna kuning pada urine.
·
Garam.
·
Zat yang bersifat
racun atau berlebihan lainnya.
Faktor yang memengaruhi jumlah urine yang keluar:
1.
Jumlah air yang
diminum.
2.
Banyaknya garam yang
harus dikeluarkan dari darah agar osmosisnya seimbang.
1.
Pengaruh hormon
antidiuretik(ADH) atau hormon vasopresin. Yaitu hormon yang mengatur kadar air
dalam darah.
2.
Iklim/musim/cuaca.
Ketika musim hujan(dingin) produksi urin berlebihan, ketika musim
kemarau(panas) produksi urin berkurang.
3.
Stimulus atau saraf.
D. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Ekskresi
1.
Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah kelainan ginjal yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya (sebagai alat penyaring darah). Penderita gagal
ginjal dapat ditolong dengan cuci darah secara berkala. Dengan menggunakan alat
yang disebut dialisator. Namun alat ini tidak bisa memperbaiki kerusakan ginjal
yang tetap/permanen. Penderita gagal ginjal tetap dapat ditolong dengan
mencangkok ginjal. Ginjal sakit yang dimiliki penderita biasanya diambil.
Kemudian ginjal yang sakit tersebut diganti ginjal yang sehat dari donor yang sesuai.
1.
Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk karena adanya endapan garam
kalsium yang makin lama makin mengeras dan membesar. Endapan ini pada mulanya
terdapat di rongga ginjal, kemudian terbawa arus urine, juga terdapat di ureter
dan kantung kemih. Batu ginjal dapat dihilangkan dengan beberapa cara antara
lain dengan pengobatan, yaitu mengkonsumsi obat yang dapat menghancurkan batu
ginjal. Namun bila dengan pengobatan sulit hancur dapat dilakukan dengan
pembedahan untuk mengambil batu ginjal tersebut.
2.
Diabetes
Insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang
penderitanya mengeluarkan urine terlalu banyak. Penyebab penyakit ini adalah
kekurangan hormone vasopressin atau hormon ADH (Anti Diuretic Hormone), yaitu
hormon yang mempengaruhi proses reabsorbsi cairan pada ginjal. Bila kekurangan
hormon ADH, jumlah urine dapat meningkat sampai 30 kali lipat.
3. Diabetes
mellitus
terdapat glukosa dalam urine. Terjadi karena
menurunnya hormon insulin yang dihasilkan pankreas.
4.
Nefritis (Radang
Ginjal)
Nefritis adalah peradangan pada nefron terutama
glomerulus. Penyebabnya adalah infeksi bakteri Streptococcus., sehingga protein
masuk ke dalam urine.
5. Uremia
tertimbunnya urea
dalam darah sehingga mengakibatkan keracunan.
6. Albuminuria
urine mengandung albumin(protein)
yang disebabkan oleh kerusakan pada glomerulus.
7. Hematuria
Urin
mengandung darah karena adanya kerusakan pada glomerulus.
Sistem
reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada wanita,
fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
A.Organ
Reproduksi wanita
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
1.
Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).
a. Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi memperngaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit semakin halus, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar. Seorang wanita mampu meproduksi sel telur setelah masa puber samapi dewasa, yaitu sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah 50 tahun wanita tidak produktif lagi yang ditandai dengan tidak mengalami menstruasi lagi, msa tersebut dinamakan menopause.
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi memperngaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit semakin halus, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar. Seorang wanita mampu meproduksi sel telur setelah masa puber samapi dewasa, yaitu sekitar umur 12 sampai 50 tahun. Setelah 50 tahun wanita tidak produktif lagi yang ditandai dengan tidak mengalami menstruasi lagi, msa tersebut dinamakan menopause.
b.
Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
1) Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum 1) akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi.
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum 1) akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi.
2)
Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
3) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
1.
Organ reproduksi luar
Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah
paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons
pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak
menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh
rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang
berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil)
yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk
melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas
labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris (klentit).
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada
pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun
klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran
uretra (saluran kencing) dan saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat
saluran ujung vagina terdapat himen atau selaput dara. Himen merupakan selaput
mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
B. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan,
yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi
perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun,
meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi
perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer
tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap
ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas,
anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan
oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat
memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit
sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama
(polosit primer)
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap
meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak
langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi
ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami
degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit
sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder
akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang
disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah
menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid
yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
C. Siklus
menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari
uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak
dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang
berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi,
yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil
kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi
mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus
menstruasi, patokannya adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu
ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk
periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14
terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan
menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase
pasca-ovulasi.
1. Fase
menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga
korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding
uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan
endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan
pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya
pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama
lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50 mL.
2. Fase
pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH (Folikel Stimulattting
Hormone). Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium
yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan
tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de
Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan
hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi)
sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi
estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk
mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk
menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup
sperma.
3. Fase
ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH
lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis
melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder
dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada
hari ke-14.
4. Fase
pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum tetap
memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen)
dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen
dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan
pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi
lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan
fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman
(implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28.
Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan
progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk
melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung
kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
D. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.
Pada saat
satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit
sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak
dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang
penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses
meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit
sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor
sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom
(haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu
menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
E. Gangguan
pada Sistem Reproduksi Wanita
1. Gangguan
menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya
menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore
sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada
orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.
2 2. Kanker
vagina
K kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena
iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus.
Pengobatannya antara lain
dengan kemoterapi dan bedah laser.
3.Kanker
serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan
epitel serviks. Penanganannya dilakukan
dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
4. Kanker
ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada
panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan
atau mengalami pendarahan vagina
abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
5. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar
uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium,
oviduk atau jauh di luar uterus,
misalnya di paru-paru.
Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada
masa menstruasi. Jika tidak ditangani,
endometriosis dapat menyebabkan sulit
terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.
6. Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi
vagina menyerang wanita usia produktif.
Penyebabnya antara lain akibat hubungan
kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
7. Gonorhea (Kencing Nanah)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan terutama
melalui hubungan seksual. Bakteri ini
selain menimbulkan radang pada organ
reproduksi (vagina, saluran Fallopii, epididimis, kelenjar prostat), juga dapat
menimbulkan radang pada saluran kemih, mata, persendian, dan selaput otak.
Kalau tidak segera diobati, penyakit ini dapat
menyebabkan kemandulan. Penyakit
ini dapat menular dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayi yang
dilahirkannya.
Beberapa bayi menjadi buta karenanya.
Adapun
tanda dan gejala-gejala penyakit ini sebagai berikut.
· Terdapat
nanah di ujung saluran kencing.
· Rasa
terbakar pada saat buang air kecil
· Pada
laki-laki, uretra menjadi sempit sehingga sulit buang air kecil. Pada beberapa
kasus, testes menjadi rusak sehingga orang yang bersangkutan menjadi mandul.
· Pada
wanita, terdapat nanah dari vagina yang mungkin dapat menyebar ke rahim dan
indung telur. Akibatnva, wanita yang bersangkutan menjadi mandul.
1 8. Sifilis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Penyakit ini terdiri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Penyakit ini terdiri
atas beberapa stadium. Pada
stadium lanjut, sifilis tidak hanya menyerang organ-organ reproduksi, tetapi
juga menyerang
organorgan tubuh yang lain, misalnya hati, susunan saraf, dan
otak.
2 9.Herpes Genital
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks
serotipe 2 dan ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini selain
menyerang organ-organ reproduksi laki-laki dan perempuan, juga menyerang kulit. Sekarang
sudah diketahui bahwa ada
hubungan antara infeksi virus herpes dan kanker leher
rahim.
3 10. Keputihan (Fluor Albus)
Penyakit ini disebabkan oleh berbagai parasit,
antara lain jamur Candida albicans,
Protozoa dari jenis Trichomonas vaginalis,
bakteri, dan virus. Candida albicans
menyukai lingkungan yang mengandung gula dan hangat. Jamur ini sering ditemukan
pada
perempuan hamil dan penderita diabetes melitus (kencing manis).
11.AIDS
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immttne Deficiency Syndrome (sindrom
hilangnya kekebalan karena bentukan).
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV
(Human Immtmodeficiency Virus). Sampai sekarang, penyakit mematikan ini belum
ada obatnya. Orang yang terinfeksi virus HIV tidak langsung menderita AIDS.
Penyakit ini baru terlihat setelah enam bulan
sampai lima tahun, bergantung
pada ketahanan tubuh seseorang. Penyakit ini menyerang sel-sel darah putih yang
merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, jika terinfeksi kuman
tertentu yang bagi orang biasa tidak membahayakan.
penderita AIDS dapat
meninggal. Kita tidak perlu panik menghadapi penyakit ini jika mengetahui cara
penularannya. Tidak
seperti influenza yang penularannya melalui udara, penyakit
ini menular melalui cairan tubuh Menghirup udara.
B. Organ reproduksi pada Pria
Alat reproduksi pada laki-laki terdiri atas
sepasang testis, saluran-saluran kelamin, kelenjar-kelenjar tambahan, dan
penis.
1. Testis (buah zakar)
Jumlahnya sepasang, terdapat dalam kantung yang disebut skrotum dan terletak di luar dan di
bawah rongga pelvis. Testis berfungsi menghasilkan hormone testosterone dan sel
kelamin jantan (sperma). Hormon testosterone berfungsi untuk menimbulkan
tanda-tsnda kelamin sekunder pada pria, diantaranya tumbunya kumis, suar
mmebmbeasar, dada beratmab hbidang.
Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
2. Saluran kelamin
terdiri atas vasa eferentia, epididimis. dan vas deferens.
a.
Vasa eferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma
untuk disalurkan ke epididimis berjumlah antara 10-20 buah.
b.
Epididimismerupakan tempat pematangan dan penyimpanan sperma. Epididimis
merupakan saluran yang berkelok-kelok
yang terdapat dalam skrotum. Panjang epididimis sekitar 600 cm. Saluran ini berawal dari puncak testis (kepala
epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis
yang kemudian menjadi vas deferens.
c.
Vas deferens
merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm. Saluran ini berfungsi
untuk menghubungkan epididimis dengan uretra pada penis. Di bagian ujung
saluran ini terdapat saluran ejakulasi.
3. Kelenjar
tambahan meliputi vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowperi.
a.
Vesika seminalis merupakan kantong semen (mani) yang dindingnya
menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam
askorbat, dan asam amino. Bahan-bahan kimia tersebut berfungsi untuk memberi
makan dan melindungi sperma sebelum membuahi ovum. Semen adalah cairan yang
terdiri atas sperma dan cairan yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar tambahan
b.
Kelenjar frostat merupakan kelenjar berbentuk bulat yang
mengelilingi bagian pangkal saluran uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan
yang bersifat basa dan berwarna putih seperti susu. Cairan tersebut berfungsi
untuk menetralkan sifat asam pada vasa eferentia dan cairan yang ada di dalam
vagina sehingga sprema dapat bergerak aktif.
c.
Kelenjar cowperi (bulbouretralis),
yaiitu kelenjar berukuran sebesar butir kacang yang terletak di bagian
proksimal (pangkal) uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan mukosa yang
berfungsi sebagai pelicin.
4.
penismerupakan
alat kelamin luar laki-laki yang befungsi untuk memasukkan sperma ke dalam
tubuh perempuan.
Sistem reproduksi pada laki-laki berhubungan erat
dengan sistem ekskresi (pengeluaran), khususnya sistem urinaria. Uretra
merupakan saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urine sekaligus sperma.
Testis memproduksi jutaan setiap hari, sejak masa pubertas sampai seorang laki-laki
meninggal dunia. Jika tidak dikeluarkan, sel-sel sperma akan mati dan diserap
kembali.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentu sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding
tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
(lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel
benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk
membentuk sperma.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia
yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul
di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa
minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah
spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian
membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan
calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung
23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi
menjadi spermatozoa (sperma). Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut
spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid
memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan
ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan
hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim
hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung
ovum. Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah
sperma. Badan sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya
pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan
dan mengatur proses spermatogenesis.
0 komentar :
Posting Komentar