Minggu, 9 Juni 2013.
Kali ini, gundah yang tak aku ketahui penyebab kehadirannya ini
terasa cukup membuat seluruh sel-sel dalam tubuhku seakan berhenti bekerja,
sampai tak mampu kupisahkan dua belahan bibirku. Aku tahu akhir dari peta yang
aku telusuri ini adalah sebuah istana yang begitu megahnya yang kelak akan aku
miliki, karena aku tak pernah merasa salah untuk memutuskan bahwa aku telah
tepat mempercayai Allah sebagai pembuat denah kehidupan yang amat pelik iini,
yang tak seorangpun mampu walau hanya untuk sekedar salin-tempel “copy-paste”. Begitupun dengan sedikit
kerikil yang aku lewati kemarin, memang cukup membuat langkahku sedikit lebih
berat karena luka yang ditimbulkannya, meski aku tahu itu hanya kerikil kecil
yang mungkin dalam peta telah tercantum bahwa aku memang harus melewatinya.
Mungkin perjalananku memang harus sejenak berhenti, mengisyaratkan
padaku untuk sebentar saja beristirahat menarik napas panjang. Allah pasti
lebih tahu alasannya kenapa aku harus melewati kerikil ini, mungkin ini akan membuat
kakiku lebih kuat untuk berjalan sampai aku temukan istana indah itu. Bisa jadi
ini teguran yang sedikit keras dan mendadak untuk ku agar aku lebih menghargai
apa yang aku miliki, mengerti arti hardirnya sesuatu meski itu dalam bentuk dan
rupa yang begitu kecil, membuat mataku sedikit terbuka untuk lebih banyak
bersyukur, mengajariku untuk ikhlas dan sadar bahwa aku memang tak punya
apa-apa di dunia ini hanya sekedar untuk bekal aku melanjutkan perjalanan ini
selain hati yang tak pernah berhenti mengucap butiran-butiran kalimat ilahi
memohon tuntunan—Nya untuk menemukan istana itu.
Tapi kenapa, kenapa ini terjadi saat aku merasa begitu lemah dan
rapuh, saat jiwa yang menuntun ragaku ini terasa begitu kosong, taka da masalah,
bahkan bisa ku katakan hidup ku amat baik-baik saja saat ini. Apalagi setelah taka
da lagi hal yang aku tutupi dari orang-orang yang berarti ndalam hidupku, tapi
rasa yang tak pernah dapat aku definisikan ini sekali lagi membuat bibir ini
kehilangan kunci untuk membuka gembok yang seakan berlapis baja ini. Beratkah beban
hidup yang aku panggul? Terganggukah mental dan jiwaku? Sudah tak waraskah aku?
Terlalu seriuskah aku jalani hidup ini? Entah apa yang terjadi pada diriku yang
bisa dikatakan sehat-sehat saja, ya aku sehat, aku baik-baik saja, bahkan sangat
baik. Tapi adakah yang tahu sebenarnya aku sakit, sakit parah, bukan diriku
tapi kekuatanku yang sakit, bahkan hamper tak dapat ku cegah untuk dia tetap
tinggal di sini, bersamaku.
Allah, maafkan aku, taka da maksd untuk akau mengeluh dan tak
mensyukuri semua ini tapi aku hanya ingin jujur, aku lelah. Hidup ini terasa
begitu penat dan membosankan dengan siklus yang hampir sama setiap detiknya meski
akhirnya tetap hanya Engkau yang tahu. Namun aku juga belum siap, bahkan belum
sama sekali jika aku harus segera menemui-Mu. Entah apa yang membuat aku begitu
tertekan dan merasakan penat yang berkepanjangan ini bahkan dalam keadaan
baik-baik saja dan tanpa masalah.
Aku tetap harus bertahan hingga akhir minggu-minggu yang aku rasa
akan semakin berat aku lalui ini, tak mau ku tambah kekecewaan mereka,
orang-orang yang menyayangi aku. Ya, Rabb, di mana kekuatan dan tawa Arisha?????
Harus bertahankah aku, atau ku coba jalan baru yang aku belum tahu sama sekali
episode selanjutnya. Andai ada seseorang yang mampu memahami sakit apa yang aku
derita ini, akan ku ceritakan semua, ya semua cerita yang tak banyak orang
mampu memahaminya.
Sekali lagi, entahlah, yang kulihat hanya gelap di hadapan ku
bahkan mata yang tak ku katakana inidah ini sudah semakin enggan mengeluarkan
mutiaranya,…!
Risha L
0 komentar :
Posting Komentar