“Hianati.. sebisa dirimu menghianati”…
Begitulah
mungkin syair yang tepat untuk menggambarkan hatiku saat ini. Now, tentang
sebuah penghianatan yang bertubi-tubi. Ya, kata itu yang kini
kembali terngiang di telinga ku, bukan hanya di telinga, tapi di pikiranku dan
merambat jauh masuk kedalam hati terkecilku ku, bagian terpeka dalam tubuhku
yang meski tak pernah tersayat pisau tapi lukanya sudah cukup besar hingga tak
bisa lagi hanya di bilang ini terasa pedih. Aku lagi lagi harus dibingungkan
dengan sebuah persoalan yang cukup rumit menurutku, walaupun aku mencoba untuk
berhenti terlalu memikirkan sebuah masalah yang pada dasarnya tak akan pernah
berhenti saat aku masih menghembuskan napas, mengeluarkan CO2 dan
menghirup O2.
Malam
selepas aku merasakan kegembiraan karena aku baru saja bertemu dengan seseorang
yang cukup aku rindukan, padih yang dalam bersamaan aku rasakan seketika itu
juga. Untuk pertama kalinya aku meneteskan air mata karena sebuah kata yang
memang tak pernah ku percayai keberadaannya, sebut saja sahabat. Bisa dikatakan begitulah. Aku memang tak pernah yakin
kalau sahabat itu ada, shabat yang kata mereka selalu ada dalam suka suaka,
dalam setiap keadaan, siap menerima semua yang ada pada diri kita apa adanya,
tak akan pernah menampar ita dengan menyembunyikan wajahnya, senantiasa
menginginkan yang terbaik untuk kita dan masa depan kita, buat aku itu semua
omong kosong. “Frienship is zero ‘0’ ”.
ya seperti itulah salah satui kata yang aku kutip dari sebuah kartun animasi
jepang yang belum lama ini aku tonton.
Meski ini
bukan yang pertama kali aku rasakan dan aku alami, tapi ini yang membuat aku
semakin yakin bahwa memang sahabat itu memang tak pernah ada di dunia ini.
Everyone is arrogant. Semua orang hanya akan menilai sempurna pada diri mereka
sendiri tanpa pernah bisa berkaca pada kenyataan pakah dirinya sudah lebih baik
dan pantas untuk dikatakan tidak pernah bersalah. Sebuah penghianatan halus
yang justru membuatku merasa seperti tertusuk samurai dari ujung kepala hingga
ujung kakiku. Terimakasih buat semua yang pernah kamu berikan selama ini, maaf
atas semua tongkah lakuku yang pernah menyakiti hatimu, cukup aku tahu begitu
cara mu menganggap aku sebagai orang yang kamu katakan teman.
Kenapa tak langsung saja
kamu kau tampar aku, atau kau tending akau, atau kau usir aku jika memang
keberadaanku didekatmu tidak pernah kamu inginkan. Untuk pertam kalinya airmata
ini menetes dengan sendirinya hanya dalam hitungan detik setelah aku tahu
tentang keberatanmu atas keberadaanku, meski bukan aku, tapi bagiku menganggap dia sebagai penganggu sama saja kamu
tidak pernah menerima ku. Dia meski dengan sikapnya yang seperti itu apakah
kamu yakin tak pernah sekalipun membutuhkan dia, dia itu manusia, yang sudah
menganggapmu sebagai teman, dia jauh lebih dulu tahu bagaiman karaktermu, tapi
dia tidak pernah membencimu, tapi sekarang bisa aku katakana jika di izinkan
aku membenci seseorang, orang pertama dalam daftar kebencianku adalah kamu, ya
dirimu.
Manisnya gula yang kamu
hidangkan untukku cukup menyadarkanku bahwa telah kau taburi racun yang begitu
pahit didalamnya, yang bodohnya aku tak pernah menyadarinya. Jika memang kau
inginkan aku pergi aku akan pergi, dan anggap aku tak pernah ada dan hadir
dalam kehidupanmu, semoga kau temukan ketenangan tanpa harus pernah diganggu
oleh siapapun. Terimaksih telah membangunkan aku dari mimpi panjang ini, mimpi
bahwa persepsi ku selama ini salah, tapi ternyata memang benar, friendship is
nothing. Aku sudah cukup lelah untuk bersembunyi dibalik selimut yang aku tak
yakin apakah masih layak aku katakan sebagai benda yang dapat melindungiku dari
dinginnya ratu kegelapan.
Penghianatan yang mungkin
akan selalu aku ingat setelah penghianatan pertama yang aku alami saat aku
berada di bangku menengah pertama, setidaknya aku belom sebodaoh ini dengan
terlalu lama mempercayai mereka seperti aku mempercayaimu. One more I say
thanks for everything that you have divide to me. Maaf jika saat ini aku hanya
menganggapmu sebagi anjing yang sedang menggonggong yang akan kubiarkan
kafilahku tetap berlalu.
Risha
Palembang, 20 Juni 2013
J
0 komentar :
Posting Komentar