Sabtu, 22 Juni 2013

Hianat

“Hianati.. sebisa dirimu menghianati”…
Begitulah mungkin syair yang tepat untuk menggambarkan hatiku saat ini. Now, tentang sebuah penghianatan yang bertubi-tubi. Ya, kata itu yang kini kembali terngiang di telinga ku, bukan hanya di telinga, tapi di pikiranku dan merambat jauh masuk kedalam hati terkecilku ku, bagian terpeka dalam tubuhku yang meski tak pernah tersayat pisau tapi lukanya sudah cukup besar hingga tak bisa lagi hanya di bilang ini terasa pedih. Aku lagi lagi harus dibingungkan dengan sebuah persoalan yang cukup rumit menurutku, walaupun aku mencoba untuk berhenti terlalu memikirkan sebuah masalah yang pada dasarnya tak akan pernah berhenti saat aku masih menghembuskan napas, mengeluarkan CO2 dan menghirup O2.

Malam selepas aku merasakan kegembiraan karena aku baru saja bertemu dengan seseorang yang cukup aku rindukan, padih yang dalam bersamaan aku rasakan seketika itu juga. Untuk pertama kalinya aku meneteskan air mata karena sebuah kata yang memang tak pernah ku percayai keberadaannya, sebut saja sahabat. Bisa dikatakan begitulah. Aku memang tak pernah yakin kalau sahabat itu ada, shabat yang kata mereka selalu ada dalam suka suaka, dalam setiap keadaan, siap menerima semua yang ada pada diri kita apa adanya, tak akan pernah menampar ita dengan menyembunyikan wajahnya, senantiasa menginginkan yang terbaik untuk kita dan masa depan kita, buat aku itu semua omong kosong. “Frienship is zero ‘0’ ”. ya seperti itulah salah satui kata yang aku kutip dari sebuah kartun animasi jepang yang belum lama ini aku tonton.
Meski ini bukan yang pertama kali aku rasakan dan aku alami, tapi ini yang membuat aku semakin yakin bahwa memang sahabat itu memang tak pernah ada di dunia ini. Everyone is arrogant. Semua orang hanya akan menilai sempurna pada diri mereka sendiri tanpa pernah bisa berkaca pada kenyataan pakah dirinya sudah lebih baik dan pantas untuk dikatakan tidak pernah bersalah. Sebuah penghianatan halus yang justru membuatku merasa seperti tertusuk samurai dari ujung kepala hingga ujung kakiku. Terimakasih buat semua yang pernah kamu berikan selama ini, maaf atas semua tongkah lakuku yang pernah menyakiti hatimu, cukup aku tahu begitu cara mu menganggap aku sebagai orang yang kamu katakan teman.
Kenapa tak langsung saja kamu kau tampar aku, atau kau tending akau, atau kau usir aku jika memang keberadaanku didekatmu tidak pernah kamu inginkan. Untuk pertam kalinya airmata ini menetes dengan sendirinya hanya dalam hitungan detik setelah aku tahu tentang keberatanmu atas keberadaanku, meski bukan aku, tapi bagiku menganggap dia sebagai penganggu sama saja kamu tidak pernah menerima ku. Dia meski dengan sikapnya yang seperti itu apakah kamu yakin tak pernah sekalipun membutuhkan dia, dia itu manusia, yang sudah menganggapmu sebagai teman, dia jauh lebih dulu tahu bagaiman karaktermu, tapi dia tidak pernah membencimu, tapi sekarang bisa aku katakana jika di izinkan aku membenci seseorang, orang pertama dalam daftar kebencianku adalah kamu, ya dirimu.
Manisnya gula yang kamu hidangkan untukku cukup menyadarkanku bahwa telah kau taburi racun yang begitu pahit didalamnya, yang bodohnya aku tak pernah menyadarinya. Jika memang kau inginkan aku pergi aku akan pergi, dan anggap aku tak pernah ada dan hadir dalam kehidupanmu, semoga kau temukan ketenangan tanpa harus pernah diganggu oleh siapapun. Terimaksih telah membangunkan aku dari mimpi panjang ini, mimpi bahwa persepsi ku selama ini salah, tapi ternyata memang benar, friendship is nothing. Aku sudah cukup lelah untuk bersembunyi dibalik selimut yang aku tak yakin apakah masih layak aku katakan sebagai benda yang dapat melindungiku dari dinginnya ratu kegelapan.
Penghianatan yang mungkin akan selalu aku ingat setelah penghianatan pertama yang aku alami saat aku berada di bangku menengah pertama, setidaknya aku belom sebodaoh ini dengan terlalu lama mempercayai mereka seperti aku mempercayaimu. One more I say thanks for everything that you have divide to me. Maaf jika saat ini aku hanya menganggapmu sebagi anjing yang sedang menggonggong yang akan kubiarkan kafilahku tetap berlalu.
Risha

Palembang, 20 Juni 2013 J

0 komentar :

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates