Rabu, 22 Agustus 2012

DIAM

-->

Mulutku tak lagi berkedip dan mata ini tak lagi berucap, mungkin hal itulah yang akan terjadi bila suatu hari nanti aku harus mendengar dan melihat bahwa kau tak lagi sendiri, saat aku tau kau telah bersanding dengan bidadari hatimu yang ternyata bukan diriku. Mungkin aku harus persiapkan pondasi serta membuat benteng besar untuk hati ini karna ledakan besar yang suatu saat ,kapan pun dia mau akan meluluhlantakan hati ini menjadi beribu kepingan kecil yang tak lagi bermakna dan tak lagi tersentuh oleh lembutnya sapamu. Andai aku bisa memutar waktuku, akan ku hindari pertemuan ini, meski aku bahagia saat ini dapat hadir dan mengisi celah kecil di hati mu, namun aku harus siap dengan berita lain yang akan ku dengar tentangmu, yang tak pernah ku tau setelah berita itu bagaimana kelanjutan cerita hati ku.

Tapi aku bukan penulis skenario jalan panjang ini, aku bukan sutradara yang dapat menghentikan cerita yang tak lagi menarik perhatian penontonnya, dan aku bukan lenbaga senbsor film yang bisa menentukan apakah ini layak atau tidak untuk tetap ditayangkan di layar kaca, dan ini semua bukan sandiwara yang hanya mementingkan unsur fiktif belaka, ini adalah bukit curam dengan bebatuan terjal yang siap menghancurkan kepingan tulang tulang tak bertiang ini, ini adalah sungai dengan arus yang begitu deras yang siap menghanyutkan dan menenggelamkan ku pada muara yang tak bertepi. Apapun yang terjadi suatu hari nanti aku akan belajar menjadi sekuat batu karang di dasar lautan dan secerah matahari di angkasa sejak saat ini, sejak ku tulis cerita hati yang tak pernah bisa ku bagi pada siapapun.

Tak ada keberanian bagi bibir ini untuk ku ungkapkan apa yang kurasa saat ini, meski ini bukan jaman siti nurbaya lagi tapi entah apa yang membuat aku begitu tertutup pada dua orang yang sangat berarti dalam hidupku, meski usia ku tak lagi sebelia dulu untuk mengenal cinta, meski raga ku tak selemah dulu untuk menjelajahi dunia luar yang menantiku, tapi entah apa yang membuat mereka belum benar benar yakin bahwa setidaknya aku telah belajar dan tau baik buruk hidup ini meski sedikit, tapi setidaknya aku tak ingin menjadi burung dalam sangkar, tapi sekali lagi aku bukan penulis scenario cerita ini, apa karena aku adalah satu satunya putri dikeluarga ini, atau memang beginilah takdir seorang wanita, lantas apa arti emansipasi dari RA. Kartini, entahlah, aku tak dapat berkata apa-apa karna bagaimanapun mereka adalah dua orang terpenting dalam hidup ku , meski aku butuh orang lain yang dapat lebih memperhatikan aku karena aku tau  kasih sayang mereka bukan hanya untuk aku, tapi hingga saat ini tak ada satu patah katapun yang dapat aku lontarkan untuk ku ungkapkan jeritan nurani ini.

Aku ingin mereka tau, aku hanya ingin seorang teman yang bisa mengerti  aku, yang dapat berbagi cerita dengan ku, tapi entahlah. Aku paham mereka mengkhawatirkan aku, tapi aku juga ingin mereka mengerti bahwa buah cinta merka telah tumbuh menjadi seorang gadis. Ya, aku tau apa yang mereka maksud, ini semua demi menjaga kehormatan aku dan keluarga, akan kujaga apa yang harus ku jaga sampai suatu hari nanti ada seseorang yang akan menjaga aku.

0 komentar :

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates